· Albums · Article · Short Biography

"Perjalanan Perak" Hetty Koes Endang

SUARA PEMBARUAN DAILY


"Perjalanan Perak" Hetty Koes Endang

DUA puluh lima tahun bukanlah waktu yang pendek. Rentang waktu itu akan mendapat tambahan bobot bila kita memasukannya ke dalam bingkai abad. Seperempat abad. Dua puluh lima tahun adalah angka yang istimewa. Usia tersebut biasanya dirayakannya secara khusus. Apakah itu usia seseorang, usia perkawinan, usia dalam karier, usia suatu badan usaha dan banyak usia lainnya. Orang menyebut perayaan itu sebagai "Pesta Perak". Pesta perak perkawinan, pesta perak dalam berkarier dan banyak pesta perak lainnya.

Hetty Koes Endang, penyanyi kebanggaan kita, telah seperempat abad meniti karier dalam bidang tarik suara. Suatu rentang karier yang panjang. Menariknya, Hetty masih terus menyanyi sampai sekarang. Tentu saja baginya, 25 tahun itu termasuk saat yang istimewa yang tidak pantas berlalu begitu saja. Ia perlu dirayakan. Bukan untuk berfoya-foya, melainkan untuk bersyukur, berterima kasih karena pada rentang waktu tersebut Hetty masih eksis sebagai seorang penyanyi yang serba bisa mulai dari jenis musik pop, dangdut keroncong, rock sampai seriosa. Inilah babak baru dalam kariernya. Inilah "perjalanan perak" baginya dalam dunia tarik suara.

Untuk mengungkapkan rasa syukur tersebut, akan diselenggarakan sebuah acara yang bertajuk "25 Tahun Hetty Koes Endang Dalam Industri Musik dan Hiburan" (Music and Entertainment) pada Minggu malam, 10 Agustus 1997, di The Kirana Grand Ballroom, Hotel Kartika Chandra, Jakarta, oleh Hetty Koes Endang Production. Bertindak sebagai ketua umum perayaan tersebut Yusuf Faishal Ph.D, suaminya sendiri.

Pagelaran tersebut juga sekalian dimaksudkan untuk merayakan hari ulang tahunnya yang ke-40. Dia lahir pada 6 Agustus 40 tahun silam. Menurutnya, ide untuk menyelenggarakan pagelaran tersebut datang dari suaminya. Dan, pertunjukan tersebut khusus dipersembahkannya untuk kerabat dekatnya dan para wartawan.

Wartawan di mata Hetty mempunyai peran yang besar dalam kariernya. Dia mengakui wartawan adalah temannya yang paling setia sejak dia masih remaja sampai sekarang setelah dia menjadi seorang ibu. Buktinya? "Wartawan tetap mencari saya sampai sekarang. Padahal sekarang sudah banyak bermunculan penyanyi baru," ujarnya.

120 Judul Album

Seperempat abad masa kariernya menjadi istimewa karena rentang waktu tersebut telah diisi dengan prestasi yang luar biasa. Sampai sekarang, tidak kurang 120 judul albumnya telah dirilis baik itu lagu pop, dangdut, keroncong, lagu daerah (Sunda, Padang), lagu dalam bahasa Jepang dan bahkan pernah bersama Ian Antono membuat lagu rock. Itu berarti setiap tahun dia menghasilkan 4,8 album dan setiap 2,5 bulan dia menghasilkan satu album. Suatu prestasi yang tidak kecil.

Sementara di Malaysia, beredar sedikitnya 80 album dan 40 CD-nya. Di Jepang juga puluhan CD-nya mengisi rak-rak bursa kaset musik, khususnya untuk lagu dangdut dan keroncong. Album popnya yang berisi lagu Bulu Romaku juga dikenal luas di sana. Dia pun sering tampil dalam konser musik di Negeri Sakura tersebut.

Pengamat musik, Theodore KS, mengemukakan Hetty tidak saja hebat di dunia rekaman, tetapi juga di panggung. Dia mampu menyanyi jenis musik apa saja. Kemampuan semacam itu tidak banyak dimiliki oleh banyak penyanyi. "Sampai sekarang pun dia tetap bertahan," ujar Theodore.

Hetty memasuki dunia industri musik melalui jalur festival. Festival adalah kawah candradimuka bagi setiap penyanyi. Di sanalah kemampuan olah vokal, interpretasi lagu dan feeling musik diuji. Pada tahun 1972, dia keluar sebagai juara Pop Singer Tingkat Remaja Kota Madya Bandung, saat usianya menginjak 15 tahun. Dari sana dia meroket ke pentas festival nasional.

Mojang Priangan itu selalu keluar sebagai juara setiap kali mengikut festival pop singer selama beberapa tahun. Lantas dia dikenal sebagai penyanyi festival yang ulung. Prestasi ini rupanya tidak "menguntungkan"-nya. Suatu waktu dia "dianjurkan" untuk tidak mengikuti festival di dalam negeri. Karena jika dia ambil bagian, hampir dapat dipastikan dia masuk final dan besar kemungkinan menjadi juara. "Anjuran" tersebut tidak membuatnya patah arang, malah sebaliknya prestasinya makin meroket.

Dia sempat mengikuti beberapa festival penyanyi pop di mancanegara. Pada tahun 1977, dia membawakan lagu Damai Tapi Gersang dari komposer Aji Bandi di Tokyo, namun dia gagal mendapatkan gelar penyanyi terbaik. Sekalipun demikian, lagu tersebut dinobatkan sebagai komposisi terbaik. Pada tahun 1981, dia mencoba tampil kembali di Tokyo bersama penyanyi Eus Darliah membawakan lagu Siksa, namun lagi-lagi gagal. Pada tahun 1983 Hetty membuat kejutan. Dia mengikuti Internantional Song Contest Vina Del Mar di Cile pada tahun 83 dan menjadi penyanyi terbaik. Ketika itu dia menyanyikan lagu Sayang karyu Titik Hamzah.

Menurut pengakuan ibu dari Amirmahmud Saatari (4 tahun) dan Afifah Qamariah (11 bulan) itu, semula dia tidak suka membawakan lagu keroncong. Dia mempunyai pendapat, keroncong cocok untuk orang tua-tua saja. Ibunya, Rd. Karsiwoelan, mempunyai pendapat lain. Jenis musik keroncong, menurut ibunya, mampu bertahan dalam jangka yang panjang. Lantas Hetty pun berubah pikiran. Dia mulai belajar menyanyi keroncong pada penyanyi Sumiyati. Sekarang, dia dikenal sebagai salah seorang penyanyi keroncong jempolan di samping Waljinah.

Dalam menghasilkan album keroncong, dia telah bekerja sama dengan A. Riyanto (almarhum). Perusahaan rekaman di Jepang telah menerbitkan dua album keroncongnya dan sebuah perusahaan rekaman di Malaysia mengedarkan album keroncongnya.

Hetty Koes Endang kini memasuki "perjalanan perak" dalam karier musiknya. Seperempat abad memang bukan waktu yang pendek. Kita berharap, dia tidak hanya berhenti dalam "perjalanan perak"-nya, melainkan terus melangkah sampai ke "perjalanan emas". Artinya, karier dalam tarik suara terus bertahan dalam dua puluh lima tahun mendatang. Mungkin itu hanya sebuah angan-angan. Pelajaran berharga yang bisa kita petik darinya adalah totalitasnya untuk kariernya. Dia tampaknya tidak "aji mumpung" karena sedang terkenal, ikut-ikutan main sinetron, misalnya. Totalitas pada profesi semacam ini memang masih kurang dimiliki artis kita.

- Pembaruan/Willy Hangguman